Petani empon-empon di kawasan perbukitan Kedungkeris, Nglipar, Gunungkidul, selama ini kerap menghadapi kendala dalam memasarkan produk olahan pertanian mereka. Namun, melalui pendekatan kewirausahaan dan inovasi bisnis, persoalan tersebut kini menemukan solusi baru.
Melalui platform digital https://kedungkeris-mart.com/, para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Tanaman Obat Keluarga (TOGA) kini dapat menjangkau pasar lebih luas dengan menjual berbagai produk olahan hilir empon-empon, mulai dari simplisa, bumbu kering, jamu siap saji, hingga wedang instan.
“Produk berbasis empon-empon ini tidak hanya punya nilai tradisional, tetapi juga potensi besar untuk dikembangkan sebagai bisnis yang berdaya saing nasional bahkan internasional,” jelas Bahri, S.E., M.M., Dosen Prodi Kewirausahaan Universitas Widya Mataram, yang terlibat langsung dalam program pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan pada Senin (8/9).
Bahri menekankan bahwa kewirausahaan berbasis inovasi produk menjadi kunci agar kelompok tani mampu mempertahankan loyalitas konsumen. Ia memberikan edukasi mengenai pentingnya strategi diferensiasi produk, pengemasan yang menarik, hingga inovasi dalam menciptakan turunan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar modern. “Ketika petani mampu berpikir sebagai entrepreneur, mereka tidak hanya menjual hasil panen, tetapi juga menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan,” ungkapnya.
Selain aspek pemasaran, program ini juga melibatkan pendampingan teknis oleh dosen Prodi Teknologi Pangan UWM, Masrukan dan Eman Darmawan, yang membantu meningkatkan kualitas produksi melalui standar pengolahan yang higienis dan efisien. Kolaborasi lintas disiplin ini merupakan bagian dari Program Kemitraan kepada Masyarakat (PKM) Kemdiktisaintek, dengan dukungan berupa mesin pengemasan dan food dehydrator untuk memperkuat rantai produksi.
Rusdi Martono, Kepala Kalurahan sekaligus Penasihat Kelompok Tani Kedungkeris, menyampaikan apresiasinya terhadap langkah inovatif yang dilakukan. “Pendampingan ini sangat bermanfaat, bukan hanya untuk meningkatkan kualitas produk, tetapi juga membangun pola pikir wirausaha di kalangan petani empon-empon,” ujarnya.
Dengan kombinasi antara inovasi teknologi pangan dan strategi kewirausahaan, produk empon-empon dari Kedungkeris kini tidak hanya sekadar hasil olahan tradisional, tetapi juga mulai diposisikan sebagai brand lokal yang siap bersaing di pasar modern. Ke depan, langkah ini diharapkan mampu membuka peluang pasar yang lebih luas, meningkatkan kesejahteraan petani, serta menjadi model pengembangan kewirausahaan berbasis potensi lokal di Indonesia.